Ngepoin @DionSagirang
Daftar Isi [Tampil]
Sebagai blogger, saya sering
merasa cundang karena jarang banget update. Kadang sempat mikir, bingung mau
posting apa. Terlalu banyak kejadian klise dalam hidup saya yang males saya
bagikan. Misalnya saja saat saya tak mampu menolak perintah dari Kepala Sekolah
untuk mengawasi anak-anak kemah, padahal saya bukan Pembina Pramukanya.
Saya terlalu cemen untuk berbuat
nekat. Makanya yang sering saya lakukan saat ini adalah berpura-pura menjadi
anak baik, berusaha iklas menjadi sukarelawan yang penuh semangat dan berharap
saya bisa berguna buat siapa saja.
Dari pada nyeritain hidup saya
yang super drama namun terkesan aneh, yang ujungnya bakalan membuatmu sebal,
lebih baik kita kepoin Dion Sagirang – author buku Diary Jomblo Darurat.
![]() |
Foto KTP |
Tolong kenalin dirimu dulu, misalnya kasih
ulasan sedikit kenapa pake nama Dion Sagirang ...
Hai, Hadi...
Boleh pakai bahasa Inggris degan logat british, atau bahasa Korea saja? Oh, nggak
bisa? Baik, kalau begitu pakai bahasa Indonesia saja, ya. Saya Dion.
Kepanjangannya Dion Sagirang. Kenapa Dion Sagirang? Sebenarnya saya lahir
dengan banyak nama lho dan Dion Sagirang adalah sinonim dari nama yang
diberikan Bapak Endira—Bapak saya, dan beliau pula yang memberikan nama ini.
Menganai banyak nama, saya dipanggil ‘Adeng’ oleh keluarga—terlebih oleh Fairy,
Taherine dan Sammy. Kemudian ‘Judan’ oleh teman-teman siaran saya, dulu. Saya
sih lebih suka dipanggil ‘Adeng’ sebenarnya, lebih familylable. Haha... eh
manner!
Apa kesibukanmu kini?
·
Sebagai Mahasiswa, saya belajar dengan cukup
baik. Kuliah tepat waktu dan mengumpulkan tugas setelah melobi dosen terlebih dulu.
·
Sebagai putra dari Bapak Endira, saya selalu
berusaha dan mencoba menjadi anak yang penurut. Jadi anak yang baik—setidaknya
di matanya. Astaga, semoga tidak tergolong anak yang durhaka, ya.
·
Dan sebagai penulis (?) saya tengah mengedit
naskah novel yang sudah mencapai masa tenggatnya, bulan ini. Oh Damn! Doakan,
semoga lancar dan jaya. (Jangan bilang serupa dengan toko material!)
Sejak kapan suka menulis?
Sederhana,
semenjak saya diperkenalkan dengan pensil dan kertas. Tetapi sudah pasti bukan
itu yang diinginkan, bukan? Saya suka menulis sejak Sekolah Dasar, sebenarnya.
Diawali dengan kesukaan saya membaca buku cerita, mendengar cerita Eyang Putri tentang
sejarah lokal dan membaca koleksi novel ‘EA’ punya abang yang sekarang
sudah dibumi hanguskan. Semoga tidak penasaran dengan dua huruf yang ada dalam
tanda kutip itu ya.
SMP saya sudah
belajar menulis cerpen, namun itu sebatas kesukaan saja. SMA pun, saya
disibukkan dengan penulisan berita mading yang baru saya ketahui saat ini,
kalau dulu saya sudah terbiasa menulis Feature.
Apa yang memotivasimu untuk terus menulis?
Sebagai manusia,
saya sadar dengan sisi buruk saya. Ya, berawal dari keinginan yang terus
menuntut untuk segera dipenuhi. Puji syukur sekali karena keinginan saya masih
dalam batas positif.
Setiap hari saya
menulis, entah itu status, note facebook atau sesekali nyablak di @dionsagirang
Yang paling
memotivasi adalah, tentu saja orang tua tercinta dan keluarga yang selalu
kompak dalam suka mau pun duka.
Hubungan menulis dan membaca menurutmu?
Serupa dengan
sayur dan garam, menurutku. Serupa dengan Adam dan Hawa, Romeo dan Juliet
dan... apalagi ya, intinya keduanya sangat berkaitan satu sama lain. Di atas
juga tertera kalau keinginan saya untuk menulis berawal dari membaca.
Ekspektasi saya tidak terpenuhi dari bacaan yang saya baca, maka dari itu saya
menuliskan harapan-harapan saya.
Satu kalimat keren dong, untuk ngeyakinin
banyak orang kalau membaca itu seru ...
Kamu tidak
dapat menggenggam dunia dengan tanganmu, tetapi dunia bisa tergenggam dalam
bacaanmu. (Apa-apaan ini?)
Pernah ngerasa ‘nggak pede’ dengan
tulisanmu?
Pernah sekali.
Awalnya, novel pertama saya tidak saya kirimkan ke penerbit lantaran tidak
pede. Tetapi, puji syukur saya memiliki teman yang selalu memberi masukan dan
tentu saja semangat. Dan kali ini pun saya keseringan nggak pede. Kayak yang
lagi wawancara sepertinya. Syndrome Under Pedemisme. (Mulai capruk)
Menjadi penulis, apa termasuk cita-citamu?
Bisa jadi.
Karena ada kaitannya dengan program studi yang sedang saya geluti saat ini.
Tetapi menjadi Jurnalis sepertinya bukan sesuatu yang diinginkan saat ini.
Tidak jauh. Hanya saja, untuk menulis non fiksi, rasanya sedikit sulit dan
tidak semenyenangkan menulis fiksi.
Ada yang bilang, cowok yang kutu buku itu
cupu. Tanggapanmu ...
Tapi maaf, malahan
cupu di mata saya adalah seseorang yang bodoh. Saya pernah menulis
status di facebook bahwa sampai detik ini, saya sangat menyukai adegan sebuah
pertemuan karena buku, musik atau film. Atau hal-hal yang memperlihatkan sosok
yang ‘pintar’. Kemudian dua tokoh berkomunikasi banyak hal dari ketiga hal
tersebut. Obrolan yang akan sangat menyenangkan. Tentu saja, dari ketiga hal
tersebut salah satunya adalah orang yang mengagumi buku, atau kutu buku tadi.
Kepikiran mau ngelamar cewek pakai tulisan?
Dalam
kehidupan nyata, bila hal tersebut saya lakukan; saya takut disangka seorang
pembual sejati. Saya lebih menyukai hal-hal yang lebih realistis dalam
kehidupan nyata.
Diary Jomblo Darurat novel pertama terbit
atau novel yang pertama dibuat?
Kebetulan, novel
yang pertama terbit. Sebenarnya, novel Painful Love (Yang akan segera terbit)
adalah novel pertama yang ditulis, namun belum sempat diselesaikan.
Ceritain dong hal paling nyebelin ketika
menggarap novel itu ...
Yang nyebelin,
ketika memasukan hal-hal yang bersifat pribadi. Yang saya sebalkan adalah, saya
takut hal-hal tersebut menjadi hal yang tidak menarik.
Sebenernya yang pengen disampaikan dari
novel itu apa sih?
Kesederhanaan,
lebih tepatnya. Hal kecil yang diceritakan mengenai keseharian anak-anak kos
dan pergaulan mereka.
Menggelitik nih, sebenarnya kamu sama Vivie
Hardika Sitorus punya konflik apa sih? Eh ...
Tidak ada
konflik sama sekali. Demi Tuhan... Hanya saya sadar, ketika seseorang bertemu
dengan orang baru, hal pertama yang harus kita sadari adalah, perpisahan.
Bagian yang paling disukain dan paling
tidak disuka dari DJD?
Yang disuka:
·
Saya bisa mem-bully teman-teman saya, itu poin
terpenting
·
Bisa berbagi kepada teman-teman lainnya yang
ingin menulis, bahwa untuk belajar, kita hanya memulainya dari hal yang sangat
sederhana. Hal remeh-temeh yang kadang kita anggap sepele.
·
Bisa menuliskan kejadian sehari-hari. Anggap
saja diary yang menghasilkan uang.
Yang tidak
disuka:
·
Kenapa saya mem-bully teman-teman saya?
Ada gak yang semestinya diperbaiki menurutmu dari DJD? Dan kenapa
orang-orang kudu membaca buku ini ...
Kata salah
satu teman saya, bahwa dalam DJD saya seperti kehilangan jati diri tulisan saya
yang bisanya terkesan mellow.
Orang-orang
kenapa harus baca DJD, karena teman-teman bisa belajar kesederhanaan dari buku
yang biasa-biasa ini. Menulis dari apa yang disuka, dari apa yang diketahui.
Kepikiran mau bikin DJD 2 sampai 6 kayak
sinetron Tersanjung?
Sempat sih,
soalnya sampai detik ini pun, para tokohnya masih tetap jomblo. Termasuk saya
(Malah curcol) Tetapi, masih dipikirkan. Demi Tuhan, saya tidak ingin merugikan
penerbit dengan lahirnya DJD 2 dst.
Tunjuk seorang penulis yang paling
difavoritin, dan kenapa?
Saya menyukai
Dewi Lestari. Beberapa tulisan di blog saya terinspirasi dari tulisan-tulisan
dalam bukunya. Satu lagi, Windry Ramadhina. Saya menyuai sudut pandang
penceritaan Windry, sudut pandang yang biasa saya tulis, sebenarnya.
Katanya ada novel yang mau terbit lagi ya
sebentar lagi? Bisa diceritain ...
Yang mana nih,
yang Painful Love atau yang sedang digarap? Tetapi yang pasti, keduanya
memiliki kesamaan tema; tentang cinta dan luka.
Berikan petuah lah untuk penulis pemula,
apa sebaiknya dan apa yang tidak sebaiknya
·
Persetan dengan teori menulis, ketika kamu ingin
menjadi penulis, hal pertama yang kamu lakukan adalah menulis. Kemudian, suatu
saat tulisamu akan mendewasakanmu. Termasuk mencari kebenaran teori menulis.
(Pepatah yang labil, ya)
·
Tentu saja, kita harus banyak membaca. Hubungan
membaca dengan menulis adalah serupa dengan balita dan makanan bergizi.
Terakhir nih, bisikin dong sebuah semangat
untuk menulis
Semangat!
Thanks Hadi atas
21 pertanyaan yang cukup melelahkan... semoga bertemu di wawancara lainnya.
Terimakasih kembali. Btw, jakunmu ternyata besar sekali ya.
pertamax di amankan :)
BalasHapusbaru pertama kali tau ada orang namanya Dion Sagirang , hehehe
tapi kayaknya dia hebat, atau memang hebat?
tapi ga enakin yang terakhir. masak katanya semangat doank -_-
Kamu bener Kur. Sumpah, nggak ngenakin bingit
HapusHahaha, ada satu kalimat yang dalem banget maknanya "Tidak ada konflik sama sekali. Demi Tuhan... Hanya saya sadar, ketika seseorang bertemu dengan orang baru, hal pertama yang harus kita sadari adalah, perpisahan".
BalasHapusKapan dong aku diwawancarai #eh
Segera
HapusHooo... Proses blogging ternyata asyik yah .... kang Hadi, asyik masyuk dengan menulis malah bikin kita banyak teman lho ... bukannya kuper ... hehehe. Bisa banyak bercerita dan banyak memberi kontribusi bagi lingkungan ,,, gimana?
BalasHapusIya euy. Sayangnya saya jarang ngeblog
HapusHm ... Sering membaca kan juga luar biasa ...
HapusSemoga itu benar :D
HapusKamu tidak dapat menggenggam dunia dengan tanganmu, tetapi dunia bisa tergenggam dalam bacaanmu
BalasHapusdulunya saya males baca, tapi karena mengenal blog saya jadi suka baca sekarang.
Saya juga. Ya sih, kadang-kadang -_-
HapusSay suka membaca, bacain blog orang tapi, hehe
BalasHapusTosss! Samaan dong kita
Hapusperubahan tema ya hadi
BalasHapuslebih meriah sekarang ^^
"persetan dengan semua teori menulis ^^"
iya mas hehe
Hapusditunggu wawancara lainnya ya
Hapuswah udah ndampingin pramuka ya..keren. ngiri ane
BalasHapusthanks
Hapus